Kemarin ada satu teman saya yang memberi informasi bahwa ada agency yang butuh jasa penulis konten untuk websitenya. Saya lalau meluncur ke tkp, dan ternganga.
Bagaimana tidak, satu tulisan dengan panjang 250 kata hanya dihargai 3.000 rupiah?? Kalau dibelanjakan, hanya bisa mendapat dua ikat bayam.

Saya semakin shock ketika membaca persyaratannya, harus pintar seo, dan bekerja di bawah deadline ketat. Ya, berarti mereka butuh seseorang yang bisa menulis
setidaknya lima artikel per hari. Semakin panjang artikel, semakin banyak honornya. Tapi paling banter cuma 25.000/1.000 kata.
Sebegitu murahkah honor penulis konten? Dulu sempat ada teman yang minta tolong saya menulis satu artikel untuk websitenya, alhamdulillah saya diberi fee 16.000
rupiah. Kalau job review juga lumayan kan, minimal 50.000 rupiah. Tapi kalau dibayar 3.000? Sungguh teganya dirimu, teganya teganya. Ingin saya
bicara di depan mukanya (pakai toa), “Mas, saya tuh kuliah teori sastra sampai 5 tahun dan jungkir balik, eh honor tulisan saya cuma bisa buat belanja sayuran?

Kalau begitu, lebih baik jadi translator, satu halaman dihargai minimal 15.000, kalau jadi penerjemah tersumpah bisa dihargai sampai 100.000. Atau optimisasi blog
sendiri, traffic naik, jadi job review pun berdatangan.

Kalau cari dollar bagaimana? Menurut beberapa sumber, satu artikel bisa dihargai 2 $, lumayan lah 26.000. Kalau mau serius jadi content writer berbahasa inggris, klik
saja upwork.com.

Ya, dulu saya suka menulis walaupun tanpa dibayar, karena hanya menyalurkan hobi. Tapi sekarang karena berusaha jadi penulis profesional, harus cari cara agar bisa
eksis..eh…Maksudnya re branding dari pengusaha jadi penulis. Kalaupun diminta mengajar, saya lebih suka berada di kelas writing, bukan grammar.

Tolong hargai penulis dan penerjemah karena mereka bukan sekedar tukang ketik, bukan mesin yang bisa bekerja cepat seperti G translate. Tapi butuh imajinasi dan
perasaan untuk membuat sebuah karya.

Bagaimana pendapatmu?